Budaya Proposal

Share on :

Ketika budaya proposal ini muncul di Papua Barat hingga membuat masyarakat beranggapan bahwa pusat uang adalah di kantor-kantor pemerintah, swasta, maupun perusahaan-perusahaan. Hal ini berangkat dari didikan Indonesia, bahwa pemerintah adalah pusat segalanya, sehingga masyarakat harus menerima apa yang dilakukan pemerintah. Pemerintah memunyai uang, sehingga sehingga masyarakat harus menerima uang itu sebagai obyek pembangunan.
Berangkat dari pemikiran tersebu, dan juga orang Papua Barat sudah terlanjur malas bekerja, maka jalan pintaslah yang di tempuh, tanpa mengeluarkan keringat, tidak perlu berjemur di terik matahari, dan tidak perlu bingun.
Uang akan dating cukup dengan membuat proposal. Orang cukup untuk merekayasa bahasa, cukup mengatakan mau buka usaha ini atau mau membiayai kerja ini, kemudian dimasukan ke pemerintah atau perusahaan lain.
Semua itu di rancang Indonesia dengan ajaran yang salah. Pemerintah Indonesia mengatakan, uang di tengan pemerintah, sehingga masyarakat harus dapat dari Pemerintah. Indonesia membentuk orang Papua Barat sebagai orang yang malas bekerja dan konsumen abadi, sehingga untuk membeli barang produksi Indonesia masyarakat datang ke pemerintah agar bisa dapat uang.
Rupanya, budaya ini akan berlangsung lama dan tumbuh dengan pesat. Inilah salah satu [enyakit sosial berupa Budaya proposal yang menular dari jawa sampai di Papua Barat.
Sumber:
Buku: Berburu Keadilan di Papua
Penulis: Yakobus F. Dumupa
Halaman: 258-260  

0 komentar on Budaya Proposal :