Oleh:
Adhen Isodorus Dimi)*
Dok. Pribadi |
Papua
adalah salah satu Pulau yang kaya secara alam dan budayanya. Pulau Papua yang terletak di psifik ini memiliki lebih
dari 250 suku bangsa. Mereka punya banyak budaya, dan tradisi yang
unik untuk masing-masing suku bangsa.
Semua
suku di Papua Barat memunyai bahasa sendiri-sendiri. Suku-suku ini Menjunjung
tinggi bahasanya sebagai alat komunikasi dalam aktivitas sehari-hari mereka. Papua
juga memiliki alam yang begitu banyak kekayaan alam. Sampai-sampai orang luar
menyebut Papua sebagai 'surga kecil yang jatuh ke bumi.'
Burung-burung
berkicau menyambut pagi yang cerah. Tumbuhan melambaikan daunnya di tiup angin.
Bukit emas dan tembaga yang memancarkan cahaya diterpa mentari pagi.
Ikan-ikan
di lautan bermain ombak dan gelombang pagi. Mentari pagi bersinar cerah
mengajak anak negeri untuk menikmati indahnya Pulau Papua. Orang-orang tua
duduk di perapian dengan senyuman yang polos dan tua-tua adat di rumah adat
hanyutkan hari dalam tawa akan masa depan anak cucunya yang pasti.
Memang,
kita mesti bangga, mesti tersenyum bangga dengan yang kita punyai. Siapa di dunia ini yang tidak suka dengan segala
yang kita punyai?
SAYANG! Pulau Papua bukan seperti yang dulu lagi. Kata
orang, papua yang bak surga kecil itu, kini tidak lebih dari seonggok daging
yang dililit naga kapitalisme raksasa, keserakahan, keegoisan dan penjajahan.
Pulau
Papua yang kita banggakan, kita cintai, dimana di atasnya, orang Papua bersorak-ria dan tertawa lepas menghiasi
penaoma indah, kini dalam proses perubahan ke arah kematian, kemelaratan,
kehancuran.
Pulau
Papua yang sering di kenal dengan keindahan alamnya, disana, saat ini, ribuan mayat yang bertaburan. Yang kau dengar
hanya rintihan dan tangisan anak-anak Papua bersahut-sahut tiada henti.
Yang
ada hanya wajah anak-anak kecil yang
menatap masa depan yang suram, sungai-sungai yang bening mulai berubah warnah
menjadi merah darah anak negeri anak Papua.
Yang
kau lihat kini adalah hutan hutan yang
dibabat tak terbendung, tanah di obrak-abrik, mencari emas dan tambang lainnya yang dikuras.
Itu pemandangan biasa jadinya kini.
Lautan
nan biru sekarang tercemar sampah orang-orang dari luar yang masuk ke Pulau
Papua. Satu yang pasti: Mereka penjajah sedang giring tanah dan bangsa Papua
menuju hilangnya orang Papua. (baca buku dari bapak Socratez Sofyan Yoman
berjudul Pemusnahan Etnis Melanesia di Papua).
SUDAHLAH!
Yang terpenting sekarang adalah marilah kita bersama-sama membangun negeri
tercinta kita ini seperti kita buat
untuk membangun diri kita sendiri.
Tidak
ada dan tidak boleh lagi ada kata
Orang pantai, Orang gunung, senior, yunior, laki-laki, perempuan, saya Papua
kau non-Papua. Yang terpenting adalah siapapun dia dan latara belakang dia
marilah kita sama-sama membangun Papua dan katakan: Ko pergi Penjajah, dari
tanah kami.
Selajutnya,
saya ingin mengajak kawan-kawan semua baik dari Papua maupun non-Papua yang
lahir dan di besarkan di Papua, yang pernah tinggal di Papua marilah kita
satukan tekad yang bulat dan kokoh bersama-sama dengan penuh keyakinan kita
berkata seperti syair kebanggaan kita: Hai tanahku Papua, kau tanah
kelahiranku, kau hendak kukasihi hingga ajalku!
)* Penulis
adalah mahasiswa Papua, Kuliah di Solo.
Sumber:http://majalahselangkah.com/content/kau-hendak-kukasihi-hingga-ajalku-
Sumber:http://majalahselangkah.com/content/kau-hendak-kukasihi-hingga-ajalku-
0 komentar on Kau Hendak Kukasihi Hingga Ajalku! :
Posting Komentar