Oleh: Victor Yeiomo
Pemerintah Indonesia dengan begitu terbuka menerapkan malpraktek
pemerintahan kolonialismenya di Papua Barat. Otsus, walaupun awalnya
dianggap sebagai semangat rekonsiliasi, tetapi pada akhirnya
'digagalkan' oleh sikap Jakarta yang inkonsisten, anti demokrasi, anti
HAM, ekploitatif dan represif. Pemerintah Indoensia juga sangat terbuka
dalam memainkan politik Devide it empera (Politik pecah belah) melalui
pembentukan Provinsi Irja Barat (sekarang Papua Barat), dan kini
pembentukan Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) di Provinsi Papua Barat.
Ini menjadi kewajaran dan bukti bahwa kebijakan Otsus tidak sedang
didorong dengan semangat rekonsiliasi, tetapi sangat kental dengan
semangat kolonisasi wilayah Papua.
Dalam semangat kolonisasi itu, Resim susilo Bambang Yudhoyono yang
adalah mantan Menkopolkam terus menempatkan politik sebagai dimensi
utama dalam persoalan Papua. Sby tahu persoalan Papua. Sby tahu orang
Papua terus mempermasalahkan "integrasi 63" dan "PEPERA 69" melalui
demonstrasi tuntut referendum; Sby tahu isu Papua terus bergema diluar
negeri dan pihaknya terus dikecam oleh pendukung kemerdekaan Papua dan
NGO; Sby tahu Otsus telah gagal di Papua. Maka ia sangat hati-hati dalam
menerapkan berbagai kebijakannya di Papua. Ia bermain cantik dengan
trik politiknya. Ia bediam diri dan membiarkan masalah Papua ditangani
oleh orang-orang kepercayaannya di DPR RI, di Militer, Di Polisi, di
Mendagri, di Menlu, di Gubernur Papua dan Papua Barat dan di BIN.
Gerilya politik dalam kasus Pelantikan MRP dan MRPB tampak lebih jelas
bagaimana Jakarta dan elit-elit Papua menghegemoni kesadaran rakyat
Papua yang menginginkan penyelesaian masalah Papua secara tuntas dan
final. Bagaimana tidak, gelombang protes "tolak Otsus" dan "Tuntut
Referendum" terus diupayakan dengan trik pengalihan issu. Jakarta dan
elit-elit kepentingan di Papua terus berupaya agar faktor "integrasi 63"
dan "Pepera 69" tidak menjadi masalah dan isu yang central di Papua,
karenanya mereka ingin agar orang Papua mengikuti arus penciptaan
kondisi yang dilakukan Jakarta.
Bagi Jakarta, menciptakan konflik vertikal dan horisontal di Papua
adalah hal yang gampang, karena mereka tahu bahwa elit-elit Papua yang
bermental budak itu memiliki nafsu kedudukan dan uang, sehingga
bagaimanapun mereka biarkan elit-elit Papua -bersama kekuatan
tersembunyi dari jakarta- untuk seenaknya melakukan malpraktek
penyelenggaraan pemerintahaan kolonilnya di Papua (Misalnya, Korupsi dan
Otsus besar-besaran dibiarkan). Jangan heran bahwa elit-elit Papua juga
sangat pintar mempermainkan Jakarta. Pemeritah Indonesia paling cepat
mendengar elit-elit Papua yang meminta pemekaran kabupaten dan provinsi
dengan alasan meredam isu "disintegrasi" atau dengan alasan "demi
menghancurkan separatisme".
Ini merupakan bentuk lain dari wajah kolonialisme Indonesia di Papua
Barat yang akan memperuncing kesadaran rakyat untuk mengerti siasat
penjajahan Indonesia. Bagai api dalam sekam, Indonesai terus meniup
barahnya dan sejarah akan membuktikan bahwa dengan kesadaran praktek
penjajahan yang nyata itu, rakyat Papua terus bangkit mempertajam garda
perlawanannya, merebut cita-cita pembebasanya.
Sumber:http://qmerdeka.blogspot.com/2011/06/wajah-indonesaia-dalam-kisruh-otsus-mrp.html
Home »
CORETAN SAYA
» Wajah Indonesaia dalam Kisruh Otsus-MRP
Wajah Indonesaia dalam Kisruh Otsus-MRP
09.43
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar on Wajah Indonesaia dalam Kisruh Otsus-MRP :
Posting Komentar